Toxics

Racun tuh nggak selalu dalam bentuk cairan atau bubuk yang dicampur dalam kopi dan sifatnya mematikan. Racun tuh juga bisa hadir dalam bentuk manusia.
Entah mereka yang menjerat dalam perasaan ga enak, mereka yang terus- terusan mengeluh kaya hidupnya paling susah sedunia, yang emosi dan egonya lebih gede dari otaknya, atau mereka yang selalu berpikir orang lain lebih rendah derajatnya.
Sombong kali kau! 
Pokoknya gini, semakin bertambah usia, orang- orang akan mulai tereliminasi dari hidup gue and it's totally fine. Kalau, teman yang dulu selalu ada tapi berubah racun, tinggal aja. Buat circle baru yang lebih sehat dan membangun, bukan apa- apa, ya... Kompleksitas masalah akan semakin meningkat seiring bertambah umur, jika circle yang ada terlalu dangkal untuk mengerti masalahnya, atau mulai nggak peduli dan menyepelekan, udah sob, ganti. Lelah lama- lama. 
Kewarasan gue sendiri lebih penting dari segalanya. Pengambilan keputusan apapun membutuhkan banyak pertimbangan dan keberanian. Cari orang- orang yang mampu membuat kita berpikir bijak dan nggak emosian apalagi banding- bandingin. ADUH HARE GENE. 
Hidup udah susah, gausah ditambah gengsi. 
Gue kerja di media sosial dan gue akhirnya memutuskan untuk menutup akun gue. Awalnya gue mau move on (it works, by the way), lama kelamaan, hidup gue jadi lebih sehat. Gue bisa baca buku lebih banyak, nonton lebih sering, banyakin interaksi sama sesama manusia and makes friend for sure. 
Beberapa temen yang kerja di ahensi juga ngomong hal serupa untuk teman- teman media sosialnya. Setelah 5 tahun gue merasa ada rehatnya. Sekarang yang gue share ga jauh- jauh dari doggy, piggy, panda, sloth sama binatang lucu lainnya.
Gue bebas FOMO and it's fine
Gue udah lama nggak merhatiin, terlalu lama, mungkin. Akhirnya gue sampai pada kesimpulan, instagram sendiri bisa menjadi racun bagi yang mudah terlena. Entah dengan iklan sehingga bisa jadi konsumtif, postingan teman yang selalu happy jadi ngana posesif, dan lain sebagainya.
Lagian, seneng- senengnya lo upload di instagram, pedih, sakit dan nestapanya lo share di twitter, kan? hahaha.
Udah gitu ketambahan maunya pencitraan. Aduh, itu bisa jadi tanda gangguan jiwa kalau berlebihan. 
Capek kalau lihat ke atas terus, sekali- kali lihat ke bawah jadi bisa bersyukur atas segala yang Tuhan kasih. 
Ada loh, di dunia ini, yang hidupnya lebih nggak mulus dari gue, kalau nggak terlalu egosentris mungkin bisa mulai peduli dengan sekitar. Ada yang masalahnya lebih rumit, keadaannya lebih sulit dan mereka berusaha hidup dengan baik, nggak banyakan drama. 
Ah... drama. 
Jauhin juga orang-orang kebanyakan drama. Mereka sama toxic-nya sama si pengeluh. Masalah kecil digede-gedein, padahal semua orang punya trauma dan cerita tragis sendiri. Bukan dia doang. 
Jadi inget lagu Brand New Me-nya Alicia Keys, "Careful with your ego, he's the one that we should blame." 
So, be careful baby... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cabut gigi bungsu, pake BPJS, GRATIS

TetraMap, not so Fire but more Earth- girl

Holier-Than-Thou trend