Quarter life crisis part 2


Pertengahan 20 atau bahkan di beberapa kasus lebih muda dan tua, adalah saat di mana kamu menemui banyak cobaan dari orang tua.
Iya, orang tua pun bisa menjadi cobaan untukmu.
Aku mendapat banyak cerita dari banyak kawan mengenai hidup mereka dan tentu dariku sendiri.
Apa yang kuceritakan ini tentu saja pahitnya, yang manis dan bahagia pun masih tetap ada.
Kamu harus percaya di tengah kekacauan dunia, masih ada hal baik yang terjadi, dan pasti kamu sendiri akan dapat melaluinya.
Di kala kamu seharusnya menikmati hidup, beberapa orang mendapati orang tuanya entah salah satu atau bahkan kedua merasakan puber kedua.
Di mana ayah atau ibumu jatuh cinta seperti remaja bukan pada pasangan resminya, melainkan orang lain yang mungkin kamu tidak pernah kenal sebelumnya.
Rasanya sakit. Perih.
Melihat mereka yang seharusnya berbahagia bersama di usia tua, menjadi goals bagi kita, seketika terpecah dalam konflik mental yang tidak kamu mengerti.
Bagaimana mungkin? Mereka saling cinta, kok sebelumnya!
Kenapa puluhan tahun bersama- sama tapi malah begini?
Oh sayang, itu semua mungkin. Bagi sebagian pernikahan, waktu melapukkan kesetiaan.
Ada pula kisah lain, saat kamu (seharusnya) sedang membangun karir dan menikmati usia, Ayah atau Ibumu yang sebelumnya berkerja, memasuki usia pensiun. Sayangnya beberapa dari mereka tidak begitu pandai mengatur keuangan atau jumlah anak. Hingga pasca pensiun, kamulah yang menanggung hidup mereka dan mungkin, saudara kandungmu. 
Sebagian dari kamu yang baru merasakan uang, terpaksa harus menahan diri. Banting tulang untuk keluarga bahkan sebelum kamu memiliki keluarga sendiri.
Ah, untuk saudara sendiri tak apa. Aku pun demikian.
Sayangnya terkadang beban itu masih bertambah dengan hadirnya post power syndrome. Mereka marah, harga diri terluka dan emosional sekali menghadapi uzurnya usia.
Hingga kamu, dengan segala beban yang kamu tanggung, masih menjadi samsak emosi dan makian serta keluhan mereka. 
Uang, uang dan uang nampaknya itu selalu mereka permasalahkan. Seakan puluhan tahun berkarya tidak cukup untuk menghidupi ego dan masa tua.
Kadang dalam beberapa kasus, mereka akan menuntutmu dan kamu akan merasa seperti bank berjalan untuk orang tuamu. Dan sayangnya, beberapa orang tua memang berpikir begitu. Sementara sebagian dari mereka memang tak berdaya dan hanya bisa mengandalkanmu.
Dari situ, terkadang muncul-lah penyakit tua, yang disebabkan pikiran atau kurangnya penerimaan. Dari darah tinggi bergandeng erat dengan kolesterol dan asam urat, lalu stroke, dan lain sebagainya.  Pikiran, katanya.
Orang tua sakit adalah masa yang sulit. Melihat mereka yang dulu gagah menggendongmu kini terbaring lemah itu seperti diiris sembilu.
Dua contoh di atas adalah sedikit masalah sebagian dari kita, anak- anak usia 20 tahunan yang harus menelan pil pahit dari siklus yang tidak sehat.
Pesanku, kamu tidak sendiri.
Dan kamu bisa melaluinya.
Ini akan berlalu.
Ubahlah masa suram ini jadi motivasi agar membuatmu bertekad menjadi orang tua yang lebih baik untuk anak- anakmu kelak.
Membuatmu menjadi manusia tangguh yang kuat dalam menghadapi hidup yang serba tidak pasti, dan bertanggung jawab pada apa yang sudah diberikan ke kamu.
Kamu tidak bisa memilih dari siapa kamu lahir, jadi jangan salahkan dirimu dengan keadaan ini. 
Tapi ingat selalu, jangan pernah memaksakan diri menjadi orang tua jika kamu belum mampu bersikap baik dan benar pada dirimu sendiri, dan anakmu.
Karena kamu hanya akan mengulang hal yang sama. Tega kah kamu melakukan hal serupa ke darah dagingmu sendiri?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cabut gigi bungsu, pake BPJS, GRATIS

TetraMap, not so Fire but more Earth- girl

Holier-Than-Thou trend