my wedding and my dream

yeaaay kali ini gue sama sahabat gue, Devi dan Ruben bikin sebuah challenge untuk menulis tentang pernikahan impian kami. Mulai dari gue yes..

Pernikahan yang ada di benak gue adalah pernikahan yang SAMARA. Jadi memang pada dasarnya gue ga pernah memimpikan pernikahan dengan pesta besar yang muluk- muluk deh. Gue lebih menitikberatkan pada mental si pengantin, kesiapan diri untuk kehidupan pasca pesta adalah hal yang jauh lebih penting dari pesta itu sendiri. Jadi, untuk itulah gue cuma pengen pesta sederhana dengan konsep taman atau ruangan yang tidak terlalu besar. Lalu gue juga cuma mau mengundang kerabat dan sahabat dekat, jadi para tamu saling kenal dan bisa bercengkrama akrab.
Yang kedua, gue juga ga pengen menggunakan adat. Mengapa? sorry to say, muahall. Hehe, uangnya buat beli rumah aja. Gue bukan ga cinta adat tapi memang maunya yang biasa aja. Kalau ada gaun pengantin putih biasa atau kebaya putih yang sederhana gue seneng banget dah.
Ketiga, panitianya (kalau ada) adalah sahabat karib dan teman. Mengapa? kita udah biasa berkerja sama dengan mereka. Udah tau dong kelakuan masing- masing gimana? dan mereka tend to do what we already request. Kalau panitianya keluarga, ada rasa nggak enak kalau nggak mengikuti kemauannya toh? Gue akan buat yang pantas dan ga memalukan tapi dengan cara gue sendiri. :)
Yang keempat, maunya ibu dan bapak kedua mempelai tinggal terima beres dan bawa badan aja. Insya Allah pengennya ga ngerepotin keluarga.
Yang kelima, GUE GAK MAU RIBET, setelah pesta berakhir gue mau langsung bulan madu aja, ga pake ngurus gono gini. hihihihi. bisa nggak? bisa banget kok.
Karena pada dasarnya ini hanya syukuran untuk memberi tahu dunia kalau lo sudah menjalani pernikahan. Kalau ada yang memberatkan atau membuat hati resah karena kurang "wah" itu gengsi yang harus ditekan. Halal aja udah syukur alhamdulillah.
Tapi yang namanya perempuan, udah punya pikiran printilan padahal rencananya juga masih belum terlalu deket. hihi.. 
Gue malah udah heboh sama pernik kecilnya dan sering buat Dimas Bayudira kewalahan dengan pertanyaan- pertanyaan yang sebenernya masih nanti- nanti. Misalnya, undangan pernikahan, tempat resepsi, sampai warna gaun. Dimas biasanya bilang, "iya, masih nanti.Yang sabar, yaa"
Hahaha...
ini contoh undangan yang gue suka. Gue bahkan udah buat inspired by this one, tapi kesepakatannya sama Dimas, nggak boleh di upload di manapun :D


Kalau gaun, yang sederhana aja kaya di bawah ini. Nemu di tumblr yang cucok, hehehe. Pengen yang begini tapi minus bolong- bolong, yaa. :D

Segitu aja dulu.

Sebenernya, dari pada fokus mengandai, gue lebih suka fokus ke pasangan yang sekarang. Bagaimana gue sama dia belajar untuk memfokuskan diri jadi lebih baik lagi sampai pantas untuk satu sama lain. Bagaimana kami berusaha menerima segala kekurangan dan gak mencela tapi mendorong untuk berubah jadi lebih baik, itu yang masih terus kami olah dan perbaiki setiap hari. Karena untuk mencapai Sakinah, Mawaddah, Wa Rahmah perlu dua orang untuk berkerja sama. Itu makanya gue dan pasangan gue berusaha untuk menaikkan kualitas hubungan kami, saling mengenal dan memahami supaya bisa sama visi-misinya dan saling berkompromi.
here's my goal.
let's see Ruben dan Devi nulis apa abis ini :D

See you, guys!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cabut gigi bungsu, pake BPJS, GRATIS

TetraMap, not so Fire but more Earth- girl

Holier-Than-Thou trend