writing as self healing
Sewaktu SD kelas 1, saat gue belum terlalu pintar merangkai kata, bahkan huruf pun masih ga lancar, gue marah sama nyokap karena ninggalin gue sendirian. Gue ambil buku tulis, buka halaman paling belakang, lantas gue coret- coret pake pensil 2B gue sampe puas, terus gue hapus dan kemarahan gue pun hilang.
Sampai sekarang, saat gue punya masalah, gue masih suka coret- coret, tapi di layar dan bisa dilihat orang.
Gue pengen nulis dari hati, mungkin permasalahannya ga bisa gue buka lebar- lebar dalam tulisan, karena yaaa dilihat orang kan?berasa infotainment, buk... Tapi seenggaknya ini sedikit melegakan.
Well i have a problem, huge problem.
Kalau ada yang bilang, "Tuhan Maha Membolak-balikkan Hati dan Keadaan", yes, He is.
2 minggu yang lalu, gue adalah manusia yang bahagia, ada beban tapi yaudahlah, namanya beban hidup, biasaaaa. Minggu ini gue manusia yang lagi memunggut hatinya yang jatuh hingga hancur lebur. Yang nafasnya sesak karena hatinya sakit. Rasanya operasi gigi gue kemaren nihil banget dibanding ini (i'm ready for second surgery, btw)
Mengumpulkan pikiran positif, sedangkan elu punya dan sudah melewati banyak hal mengecewakan, dan tidak mengenakan adalah sesuatu yang sulit sekali dilakukan. Gue biasanya menyisakan sedikit ruang untuk kegagalan, tapi sekarang blass gue ga punya. Atau gue terlalu yakin sampai tidak menyisakan ruang untuk kesedihan. Hingga begitu terjadi, ruang itu terlalu sempit untuk menampung kekecewaan dan dia meluber kemana- mana.
Semalam, gue bertanya pada diri sendiri, "What should we do, Put?"
Gue inget- inget apa yang gue lakukan 8 tahun lalu, tapi gue ga bisa menemukan memori apapun. At least, itu menunjukkan suatu keberhasilan move on di masa lalu. Jadi, gue nggak punya jawaban, sampai kembali diri gue bilang, "We should fall asleep. We're tired of trying"
Too tired.
Tapi apa gunanya tidur kalau hati lo yang capek? Bukan badan lo?
Pernah ngobrol di salah satu grup diskusi, bahwa salah satu tanda depresi adalah tidur yang terus menerus. Gue cek diri gue sendiri dan syukurlah, I'm not and that's ok.
Gue berharap gue bisa mengelolanya dengan jauh lebih baik dibanding 8 tahun lalu. Itu aja. Setidaknya hati bisa lebih lapang untuk menerima semuanya.
Wish me luck.
Sampai sekarang, saat gue punya masalah, gue masih suka coret- coret, tapi di layar dan bisa dilihat orang.
Gue pengen nulis dari hati, mungkin permasalahannya ga bisa gue buka lebar- lebar dalam tulisan, karena yaaa dilihat orang kan?
Well i have a problem, huge problem.
Kalau ada yang bilang, "Tuhan Maha Membolak-balikkan Hati dan Keadaan", yes, He is.
2 minggu yang lalu, gue adalah manusia yang bahagia, ada beban tapi yaudahlah, namanya beban hidup, biasaaaa. Minggu ini gue manusia yang lagi memunggut hatinya yang jatuh hingga hancur lebur. Yang nafasnya sesak karena hatinya sakit. Rasanya operasi gigi gue kemaren nihil banget dibanding ini (i'm ready for second surgery, btw)
Mengumpulkan pikiran positif, sedangkan elu punya dan sudah melewati banyak hal mengecewakan, dan tidak mengenakan adalah sesuatu yang sulit sekali dilakukan. Gue biasanya menyisakan sedikit ruang untuk kegagalan, tapi sekarang blass gue ga punya. Atau gue terlalu yakin sampai tidak menyisakan ruang untuk kesedihan. Hingga begitu terjadi, ruang itu terlalu sempit untuk menampung kekecewaan dan dia meluber kemana- mana.
Semalam, gue bertanya pada diri sendiri, "What should we do, Put?"
Gue inget- inget apa yang gue lakukan 8 tahun lalu, tapi gue ga bisa menemukan memori apapun. At least, itu menunjukkan suatu keberhasilan move on di masa lalu. Jadi, gue nggak punya jawaban, sampai kembali diri gue bilang, "We should fall asleep. We're tired of trying"
Too tired.
Tapi apa gunanya tidur kalau hati lo yang capek? Bukan badan lo?
Pernah ngobrol di salah satu grup diskusi, bahwa salah satu tanda depresi adalah tidur yang terus menerus. Gue cek diri gue sendiri dan syukurlah, I'm not and that's ok.
Gue berharap gue bisa mengelolanya dengan jauh lebih baik dibanding 8 tahun lalu. Itu aja. Setidaknya hati bisa lebih lapang untuk menerima semuanya.
Wish me luck.
Komentar
Posting Komentar