Kompetisi di Quarter Life Crisis part 1
Beklah, setelah bertarung dengan berbagai deadline dan pelatihan, akhirnya si cungpret bisa nulis kembali. Gue tertarik, eh bukan, lebih ke- terketuk hatinya untuk membuat sebuah tulisan baru mengenai kompetisi hidup yang untuk sebagian orang dianggap sesuatu yang harus dimenangkan. Bagi kamu yang berumur 25 ke atas, menjelang 25 pun, SELAMAT. Tekanan sosial yang dihadapkan dengan pertanyaan: "kapan nikah?" segera dimulai.
Baik...
kita mulai
Siap yaaa...
Kalian semua pasti udah bete denger gue bilang setiap orang punya waktunya masing- masing.
Dimulai dari pernikahan, sebagai orang yang baru tumben mau nikah, gue tuh terperangah dengan berbagai kompetisi yang melibatkan gengsi berbagai pihak untuk pernikahan. Pokok'e mesti WAH, mesti masuk bridestory, mesti pake vendor paling heitz se-instagram raya, yang mana tentu boleh dan sah- sah aja selama mas dan mba'e mampu. Ini akan menjadi masalah jika mba sama mas'e maksain seperti yang di-highlight di akun finance advisor macam Jouska. Ceki- ceki aja, sist buat pembelajaran.
Buat kamu yang tiba- tiba temannya berubah jadi bridezilla, please stay away for your own sanity. Ini diperparah kalau kebetulan punya temen yang nikahnya deketan terus jadi saing- saingan. Vendornya anu, yang satu lagi saingannya atau malah sama, terus kateringnya anu, makanannya mesti ini, itu, make upnya mesti MUA yang terpampang nyata hasilnya di instagram. Ya, gak ada salahnya, yang penting semua sesuai kantong aja. Jangan maksa demi gengsi, nggak enak kalo kelar acara ada utang- utangan. Itu pemikiranku, yaaa.
Baik, beralih setelah nikah adalah hamil dan melahirkan. Ini tuh kaya setengah wajib tau nggak? Pas hamil share foto testpack, USG, dan lain sebagainya. Nggak apa- apa, namanya juga berbagi kebahagiaan. Terlebih ketika udah lamaaaa banget nunggunya, atau pernah keguguran, wah mas, mba, itu wajar dan sebagai cungpret, gue pun turut berbahagia. Sebab gue pun punya teman yang 10 tahun menanti belum dikasih rezeki juga, ada yang dua kali keguguran baru bisa punya anak, ada juga yang masih terus nangis setiap datang bulan. Ada juga yang menangis tiap lihat bayi lahir, dan itu, banyak.
Untuk itu gue akhirnya memutuskan untuk mengingatkan diri, jika suatu hari gue nikah dan hamil, gue akan berhati- hati untuk terlihat over happy, over proud karena banyak perempuan yang masih menanti hadirnya buah hati dalam diam, pilu dan senyap. I knew few of them, meski banyak yang bilang, jangan dibuat beban, sekuat apapun berusaha, pasti terbebani juga karena orang Indonesia adalah bangsa yang suka ikut campur sama urusan orang laen. Nanya- nanya kapan nikah, punya anak, punya adek itu sama nggak sopannya sama nanya kapan mati?
Apaqah kamu setuju?
By the way perkara hamil ini, printilannya banyak banget ya sekarang. Meski hati-hati juga sama biaya over happy karena anak pertama. Oiya, cuma mau sharing opini aja, bisa nggak ya video melahirkan yang penuh darah itu tidak disebarluaskan? Karena menurut gue itu tidak perlu. Bagaimana pun cara melahirkannya, kamu hebat. Mau caesar, normal, dan lainnya, ada nyawa yang kamu pertaruhkan ketika sang bayi kamu lahirkan. Kamu hebat dan kuat. Tidak perlu pembuktian apapun, anakmu sudah menjadi buktinya. Beklah beranjak ke topik lainnya...
Ada pula perkara parenting.
Pertama- tama, selamat, yaaa... Kamu sudah diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjadi orang tua.
Ilmu parenting itu buanyak banget dan milestone anak- anak itu beragam meski ada pagar- pagarnya juga, yang gue sering lihat nih, ada no mention nyindir atau merasa superior gitu di status- status sosmed temen- temen gue. Gue kan belom punya anak, ya, tapi gue nyadar aja gitu kalau ada yang saling berkompetisi dengan kemampuan anaknya.
Cuma ada satu nih yang bikin bete, kamu tahu kan artis yang satu itu? Si penyanyi yang punya suara sengau dengan parentingnya yang anti mainstream? Yang lebih suka menyebut semesta daripada Tuhannya sendiri? Beliau mempopulerkan beberapa metode baru and some people are crazy about it. Gue nggak bilang itu salah, gue juga nggak bilang itu tidak patut diikuti. Tapi begitu kamu menjadi seorang influencer kamu harus bertanggung jawab dengan semua informasi yang kamu beri dan sebarkan ke khalayak.
Gini, lho, kamu influencer, lalu menyebarkan sebuah paham baru yang menurutmu paling benar dan tak terbantahkan, terus beberapa orang menganggap itu sesuatu dan nampak asik buat diikuti, orang ngikutin seperti tersihir, ikutin tanpa membaca lebih lanjut, dan hasilnya berbeda, nggak sama seperti yang terjadi sama kamu. Itu namanya sembrono, kamu kasih suatu informasi tapi tidak/ lupa memberikan info lengkap tentang efek samping, dan bahwa metode itu, tidak selalu bisa dan harus diikuti, istilahnya S&K berlaku. Sebagai influencer seharusnya bisa mengedukasi dan memberi pandangan lain bukan aku yang paling benar dan keliyan semua gak up to date. Sak karepmulah kalo kamu bukan siapa- siapa, tapi begitu kamu siapa- siapa dan nyebarin informasi setengah- setengah, walah dalaaaaah, bahaya, mbak'e.
Banyak yang sebel sama situ karena jadi biang baby blues akibat bahasamu yang macem lazuardi.
Terakhir gue perhatiin, orang- orang biasa juga berlomba ikutan bikin birth story dengan memasukkan unsur semesta dan alam seperti dia. Beklah, akhirnya beliau berhasil membuat sebuah trend baru.
Anyway, gue juga dapet cerita dari teman- teman yang punya anak bahwa MOMPETITION itu real dan benar adanya.
"working mom vs stay at home mom"
"Caesar vs normal"
"ASI vs sufor"
penuh kompetisi dan akhirnya mereka- mereka yang suka banding- bandingin ini jadi competitive parent yang malah jadi mencederai hak anaknya.
Kasihan si anak :(
Gue percaya nggak ada yang mutlak benar di dunia ini. Selalu ada dua sisi bahkan lebih, percayalah itu. Gue bisa banyak belajar dari mereka yang membuka panggung kehidupannya ke khalayak, mereka adalah cerminan supaya gue bisa bersikap lebih baik dan mawas diri dengan kehadiran dan perasaan orang lain.
Sama, jika memang pertemanan sudah tidak menghasilkan hal baik selain kompetisi, lo berhak untuk mengganti circle lo sendiri. Pertemanan sehat, kalo kata dian sastro.
Sekian dulu, yaaa, quarter life crisis-nya And this is not the end, dude.
Baik...
kita mulai
Siap yaaa...
Kalian semua pasti udah bete denger gue bilang setiap orang punya waktunya masing- masing.
Dimulai dari pernikahan, sebagai orang yang baru tumben mau nikah, gue tuh terperangah dengan berbagai kompetisi yang melibatkan gengsi berbagai pihak untuk pernikahan. Pokok'e mesti WAH, mesti masuk bridestory, mesti pake vendor paling heitz se-instagram raya, yang mana tentu boleh dan sah- sah aja selama mas dan mba'e mampu. Ini akan menjadi masalah jika mba sama mas'e maksain seperti yang di-highlight di akun finance advisor macam Jouska. Ceki- ceki aja, sist buat pembelajaran.
Buat kamu yang tiba- tiba temannya berubah jadi bridezilla, please stay away for your own sanity. Ini diperparah kalau kebetulan punya temen yang nikahnya deketan terus jadi saing- saingan. Vendornya anu, yang satu lagi saingannya atau malah sama, terus kateringnya anu, makanannya mesti ini, itu, make upnya mesti MUA yang terpampang nyata hasilnya di instagram. Ya, gak ada salahnya, yang penting semua sesuai kantong aja. Jangan maksa demi gengsi, nggak enak kalo kelar acara ada utang- utangan. Itu pemikiranku, yaaa.
Baik, beralih setelah nikah adalah hamil dan melahirkan. Ini tuh kaya setengah wajib tau nggak? Pas hamil share foto testpack, USG, dan lain sebagainya. Nggak apa- apa, namanya juga berbagi kebahagiaan. Terlebih ketika udah lamaaaa banget nunggunya, atau pernah keguguran, wah mas, mba, itu wajar dan sebagai cungpret, gue pun turut berbahagia. Sebab gue pun punya teman yang 10 tahun menanti belum dikasih rezeki juga, ada yang dua kali keguguran baru bisa punya anak, ada juga yang masih terus nangis setiap datang bulan. Ada juga yang menangis tiap lihat bayi lahir, dan itu, banyak.
Untuk itu gue akhirnya memutuskan untuk mengingatkan diri, jika suatu hari gue nikah dan hamil, gue akan berhati- hati untuk terlihat over happy, over proud karena banyak perempuan yang masih menanti hadirnya buah hati dalam diam, pilu dan senyap. I knew few of them, meski banyak yang bilang, jangan dibuat beban, sekuat apapun berusaha, pasti terbebani juga karena orang Indonesia adalah bangsa yang suka ikut campur sama urusan orang laen. Nanya- nanya kapan nikah, punya anak, punya adek itu sama nggak sopannya sama nanya kapan mati?
Apaqah kamu setuju?
By the way perkara hamil ini, printilannya banyak banget ya sekarang. Meski hati-hati juga sama biaya over happy karena anak pertama. Oiya, cuma mau sharing opini aja, bisa nggak ya video melahirkan yang penuh darah itu tidak disebarluaskan? Karena menurut gue itu tidak perlu. Bagaimana pun cara melahirkannya, kamu hebat. Mau caesar, normal, dan lainnya, ada nyawa yang kamu pertaruhkan ketika sang bayi kamu lahirkan. Kamu hebat dan kuat. Tidak perlu pembuktian apapun, anakmu sudah menjadi buktinya. Beklah beranjak ke topik lainnya...
Ada pula perkara parenting.
Pertama- tama, selamat, yaaa... Kamu sudah diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjadi orang tua.
Ilmu parenting itu buanyak banget dan milestone anak- anak itu beragam meski ada pagar- pagarnya juga, yang gue sering lihat nih, ada no mention nyindir atau merasa superior gitu di status- status sosmed temen- temen gue. Gue kan belom punya anak, ya, tapi gue nyadar aja gitu kalau ada yang saling berkompetisi dengan kemampuan anaknya.
Cuma ada satu nih yang bikin bete, kamu tahu kan artis yang satu itu? Si penyanyi yang punya suara sengau dengan parentingnya yang anti mainstream? Yang lebih suka menyebut semesta daripada Tuhannya sendiri? Beliau mempopulerkan beberapa metode baru and some people are crazy about it. Gue nggak bilang itu salah, gue juga nggak bilang itu tidak patut diikuti. Tapi begitu kamu menjadi seorang influencer kamu harus bertanggung jawab dengan semua informasi yang kamu beri dan sebarkan ke khalayak.
Gini, lho, kamu influencer, lalu menyebarkan sebuah paham baru yang menurutmu paling benar dan tak terbantahkan, terus beberapa orang menganggap itu sesuatu dan nampak asik buat diikuti, orang ngikutin seperti tersihir, ikutin tanpa membaca lebih lanjut, dan hasilnya berbeda, nggak sama seperti yang terjadi sama kamu. Itu namanya sembrono, kamu kasih suatu informasi tapi tidak/ lupa memberikan info lengkap tentang efek samping, dan bahwa metode itu, tidak selalu bisa dan harus diikuti, istilahnya S&K berlaku. Sebagai influencer seharusnya bisa mengedukasi dan memberi pandangan lain bukan aku yang paling benar dan keliyan semua gak up to date. Sak karepmulah kalo kamu bukan siapa- siapa, tapi begitu kamu siapa- siapa dan nyebarin informasi setengah- setengah, walah dalaaaaah, bahaya, mbak'e.
Banyak yang sebel sama situ karena jadi biang baby blues akibat bahasamu yang macem lazuardi.
Terakhir gue perhatiin, orang- orang biasa juga berlomba ikutan bikin birth story dengan memasukkan unsur semesta dan alam seperti dia. Beklah, akhirnya beliau berhasil membuat sebuah trend baru.
Anyway, gue juga dapet cerita dari teman- teman yang punya anak bahwa MOMPETITION itu real dan benar adanya.
"working mom vs stay at home mom"
"Caesar vs normal"
"ASI vs sufor"
penuh kompetisi dan akhirnya mereka- mereka yang suka banding- bandingin ini jadi competitive parent yang malah jadi mencederai hak anaknya.
Kasihan si anak :(
Gue percaya nggak ada yang mutlak benar di dunia ini. Selalu ada dua sisi bahkan lebih, percayalah itu. Gue bisa banyak belajar dari mereka yang membuka panggung kehidupannya ke khalayak, mereka adalah cerminan supaya gue bisa bersikap lebih baik dan mawas diri dengan kehadiran dan perasaan orang lain.
Sama, jika memang pertemanan sudah tidak menghasilkan hal baik selain kompetisi, lo berhak untuk mengganti circle lo sendiri. Pertemanan sehat, kalo kata dian sastro.
Sekian dulu, yaaa, quarter life crisis-nya And this is not the end, dude.
Komentar
Posting Komentar