Friend of mine
Tulisan ini dibuat atas dasar, curhat.
I have one friend, kami dari dulu suka sama- sama. Kita berbagi emosi dan hal- hal lainnya. Somehow beberapa waktu terakhir, pertentangan semakin besar, dan gue sudah mencapai batas untuk relax melepasnya.
Gue sadar, ada hal- hal mengenai kehidupan yang sudah diatur YME. Diantaranya, watak dan takdir.
Keinginan seiring waktu dapat berubah, namanya juga manusia, ye gak?
Gue paham, watak itu given dan dibentuk sedari kecil. Lo butuh berjam- jam terapi dan konsul di psikolog untuk merubahnya.
Tapi, adakalanya orang lain lelah menghadapinya..
Sebut saja ada hal- hal menyentuh prinsip yang nggak bisa lagi gue maklumi. Mungkin karena gue lelah, mungkin juga karena gue sudah mencapai batas pemakluman dan pengertian.
Tapi satu hal yang pasti, bertahun yang kita jalani, my friend of mine, you are still you. Yang gragasan, mengambil inti tanpa mengamati keseluruhan, so black and white, sampai membuat gue berdoa, semoga lo sadar dan tobat untuk selalu terburu- buru mengambil keputusan.
Mengapa?
Karena hal itu sering menghancurkan lo. Gue capek berkali bilang, "i've told you". Gue juga sedih ngelihat lo hancur tanpa gue bisa hindari, karena apa? Omongan gue, bacotan gue selama ini lu anggap angin lalu.
Gue harap, di depan nanti, saat lo sudah selesai bergumul dengan keinginan dan kenyataan yang ada di depan... Lo bisa sadar, sikap destruktif yang selama ini lu jaga sebagai ciri khas dan lo banggakan "ya emang gue gini orangnya" bisa perlahan dihilangkan.
Gue menjauh bukan karena gue benci, tapi kecewa.
Gue nggak mau tahu karena gue nggak mau sedih ngeliat yang terjadi di depan nanti.
Gue nggak mengharap lo ngerti, wong omongan gue aja ga lo terima. At least, berubahlah untuk diri sendiri. Gue sebagai temen yang pernah deket, kasihan sama diri dan hati lo yang dibiarkan merasakan gejolak yang kayak hysteria di dufan.
Kita udah tua buat merasakan hal yang sama seperti dulu waktu 17 tahun, sob.
Be wise with your life and heart.
I have one friend, kami dari dulu suka sama- sama. Kita berbagi emosi dan hal- hal lainnya. Somehow beberapa waktu terakhir, pertentangan semakin besar, dan gue sudah mencapai batas untuk relax melepasnya.
Gue sadar, ada hal- hal mengenai kehidupan yang sudah diatur YME. Diantaranya, watak dan takdir.
Keinginan seiring waktu dapat berubah, namanya juga manusia, ye gak?
Gue paham, watak itu given dan dibentuk sedari kecil. Lo butuh berjam- jam terapi dan konsul di psikolog untuk merubahnya.
Tapi, adakalanya orang lain lelah menghadapinya..
Sebut saja ada hal- hal menyentuh prinsip yang nggak bisa lagi gue maklumi. Mungkin karena gue lelah, mungkin juga karena gue sudah mencapai batas pemakluman dan pengertian.
Tapi satu hal yang pasti, bertahun yang kita jalani, my friend of mine, you are still you. Yang gragasan, mengambil inti tanpa mengamati keseluruhan, so black and white, sampai membuat gue berdoa, semoga lo sadar dan tobat untuk selalu terburu- buru mengambil keputusan.
Mengapa?
Karena hal itu sering menghancurkan lo. Gue capek berkali bilang, "i've told you". Gue juga sedih ngelihat lo hancur tanpa gue bisa hindari, karena apa? Omongan gue, bacotan gue selama ini lu anggap angin lalu.
Gue harap, di depan nanti, saat lo sudah selesai bergumul dengan keinginan dan kenyataan yang ada di depan... Lo bisa sadar, sikap destruktif yang selama ini lu jaga sebagai ciri khas dan lo banggakan "ya emang gue gini orangnya" bisa perlahan dihilangkan.
Gue menjauh bukan karena gue benci, tapi kecewa.
Gue nggak mau tahu karena gue nggak mau sedih ngeliat yang terjadi di depan nanti.
Gue nggak mengharap lo ngerti, wong omongan gue aja ga lo terima. At least, berubahlah untuk diri sendiri. Gue sebagai temen yang pernah deket, kasihan sama diri dan hati lo yang dibiarkan merasakan gejolak yang kayak hysteria di dufan.
Kita udah tua buat merasakan hal yang sama seperti dulu waktu 17 tahun, sob.
Be wise with your life and heart.
Komentar
Posting Komentar