kepada yang terkasih

Sayang, aku baik-baik saja. 
Apa kabarmu? Semoga para dewa melindungimu. Aku berdoa tiap hari, untukmu. Aku berharap dewa menjagamu lebih daripada hidupku. 
Di sini, aku masih bertaruh nyawa setiap harinya, namun, ketahuilah cintamu yang membuatku bertahan di tiap pertempuran. Aku berhasil hidup hingga hari ini, karenamu.
Aku tidak tahu kapan aku akan pulang, tentu aku sangat berharap secepatnya, tapi engkau tahu sang maharaja kukuh tak mau menyerah. Mana dia peduli pada rindu yang membuatku hampir gila setiap harinya? 
Kasihku, apa engkau masih mengingat wajahku? Terlampau lama aku menghilang dari hadapanmu. Aku takut kau tidak lagi mengenaliku saat aku berhasil kembali. 
Aku mungkin akan menjadi orang yang tidak lagi kau kenali. Tak dapat kuingkari, apa yang aku lakukan dalam peperangan tidak menjadi sesuatu yang membuatku bangga. Aku melihat darah, tubuh, peluh, setiap hari hingga nyawa seakan tak berharga. Perang telah mengikis belas kasih dan kewarasanku. 
Hanya surat yang kutulis dalam kulit binatang ini, yang mampu membuatku kembali sadar, membuatku terus berjuang dalam kejamnya peperangan. 
Kau membawaku pulang, cintamu menguatkanku setiap malam. 
Di kerasnya tanah perkemahan kami, dalam api yang membuat hangat di malam yang dingin, aku membayangkanmu. Kuharap kau berada dalam keadaan yang jauh lebih layak. Kuharap kau penuh dalam kebahagiaan. Kuharap kau tetap menjaga dengan setia cinta kita yang telah kutitipkan padamu. 
Bintang malam ini begitu terang, kurasa kau pasti sedang melihat hal yang sama. 
Udara yang kusesap dalam-dalam bercampur dengan tembakau bakar prajurit raja, aku merindukan bau kampung halaman yang segar bersama embun yang mendinginkan kakiku. Dan aku mencium bau lautan, deburannya keras terdengar. 
Tak berapa lama aku ingin membawamu ke lautan lepas. Melihat ombak menyapu kakimu dan kita berlarian di tepian. Sungguh mimpi yang sederhana. 
Sedalam kesucian pertapa, semurni mata air yang mengalir di sungai kecil kota kita, seperti itu kasihku padamu. 
Tapi aku hanya pion yang maharaja butuhkan untuk mencapai ambisinya. Aku hanya terus berdoa semoga ia lelah dan segera pulang sepertiku. 
Meski, aku ragu, dengan hati dingin penuh amarah sepertinya, apa bisa merasakan atau mengecap rindu seperti yang kurasakan padamu. 
Melihatnya penuh tujuan bukan membanggakan namun lebih menakutkan dari kematian. Dia seperti tersesat dan memusnahkan hidup karena dendam. Bersyukurlah engkau dan aku ada di pihak yang sama, kita dilindungi oleh kekuasaannya. Karena jika tidak, entah apa yang akan terjadi pada tubuh mungilmu. Lebih baik aku mati daripada harus meniadakanmu, biar kita bertemu dalam ketiadaan.  
Aku tidak tahu kapan surat ini sampai padamu, tapi aku mencintaimu begitu dalam hingga rasanya sesak. 
Tunggulah aku pulang, dan jika aku tidak dapat pulang karena panah atau pedang menghunus tubuhku, ingatlah aku mencintaimu. 
Aku akan pulang, aku sungguh ingin pulang, padamu, hanya padamu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cabut gigi bungsu, pake BPJS, GRATIS

TetraMap, not so Fire but more Earth- girl

Holier-Than-Thou trend