Horrible parents
Kalau terlalu memanjakan si anak, bisa jadi nanti nggak bisa tanggung jawab.
Kalau terlalu protektif, si anak bisa ketergantungan dan nggak mandiri.
Kalau terlalu galak, bisa merusak kepercayaan dirinya.
Kalau terlalu membebaskan, bisa jadi si anak nggak ngerti aturan. Atau mungkin malah bisa mengatur diri sendiri, itu semua tergantung didikan orang tua masing- masing.
Kalau terlalu protektif, si anak bisa ketergantungan dan nggak mandiri.
Kalau terlalu galak, bisa merusak kepercayaan dirinya.
Kalau terlalu membebaskan, bisa jadi si anak nggak ngerti aturan. Atau mungkin malah bisa mengatur diri sendiri, itu semua tergantung didikan orang tua masing- masing.
Ada juga yang hubungan suami- istrinya buruk jadi mempengaruhi anaknya untuk membenci salah satu.
Ah! Banyak contoh dan sialnya nggak bagus buat saya.
Jadi orang tua nggak semudah posting di media sosial dan memberi caption yang indah- indah. Kita baru bisa melihat dan merasakan buahnya ketika mereka besar.
Bisa nggak dia mandiri?
Bisa nggak dia bertanggung jawab?
Mampu nggak dia berkomitmen pada pilihannya?
Kuat ga dia menahan beban hidup?
Ah! Banyak contoh dan sialnya nggak bagus buat saya.
Jadi orang tua nggak semudah posting di media sosial dan memberi caption yang indah- indah. Kita baru bisa melihat dan merasakan buahnya ketika mereka besar.
Bisa nggak dia mandiri?
Bisa nggak dia bertanggung jawab?
Mampu nggak dia berkomitmen pada pilihannya?
Kuat ga dia menahan beban hidup?
Saya kemarin membaca tentang AQ, Adversitas Quotient (AQ). Menurut kamus, adversity berarti kemalangan, kesulitan, dan penderitaan. AQ disini adalah kecerdasan kita pada saat menghadapi segala kesulitan tersebut. Beberapa orang mencoba untuk tetap bertahan menghadapinya, sebagian lagi mudah takluk dan menyerah. Dengan demikian kecerdasan adversitas adalah sebuah daya kecerdasan budi-akhlak-iman manusia menundukkan tantangan-tantangannya, menekuk kesulitan-kesulitannya, dan meringkus masalah-masalahnya sekaligus mengambil keuntungan dari kemenangan-kemenangan itu. Sumber
Selain IQ, EQ, SQ, dialah yang akan aktif menguatkan individu. Menurut saya, kita tidak bisa menguatkan jika selalu memberi bantuan.
Bibi saya pernah bilang, "Anakku itu punya jalan hidupnya masing- masing yang nggak aku tahu. Biarlah sekarang dia memutuskan segalanya sendiri karena aku ini sudah tua, aku nggak bisa menemani dia terus seumur hidupnya. Suatu saat aku mati, dan dia harus hidup dengan caranya sendiri."
Saat itu saya cuma bisa meresapi semua perkataannya dengan hati- hati. Sepupu saya ini sudah melewati banyak hal. Saya sendiri mengakui bahwa mereka adalah orang- orang yang bermental baja dan hatinya seluas samudera. Biar hidup terjatuh sampai ke dasar bumi, mereka tetap tegar dan terus hidup dengan baik. Orang tuanya sudah membesarkan mereka dengan baik, menurut saya. Mereka kini telah menjadi anak yang kuat.
Tidak pernah sekalipun mereka merendahkan orang lain, pun begitu ibu dan ayahnya. Tidak pernah sekalipun mereka memandang rendah orang dari latar belakang yang berbeda dengan mereka. Mereka juga selalu menolong.
Satu hal yang saya tahu, dalam kesulitan ayah dan ibunya tetap bersama, apapun yang terjadi. Inilah yang akhirnya saya dapati, bahwa kebahagiaan itu menular.
Jika kedua orang tua saling mencintai, jika kedua orang tua saling menyayangi dan memberikan rasa aman serta curahan kebahagiaan itu untuk keluarga, maka suasana positif akan tercipta mengelilingi mereka.
Jika kamu menjadi orang tua, tapi pondasi hubunganmu, cintamu, kasih sayangmu tidak kokoh, kamu hanya akan membuat keluargamu sedih dan berantakan.
Tidak pernah sekalipun mereka merendahkan orang lain, pun begitu ibu dan ayahnya. Tidak pernah sekalipun mereka memandang rendah orang dari latar belakang yang berbeda dengan mereka. Mereka juga selalu menolong.
Satu hal yang saya tahu, dalam kesulitan ayah dan ibunya tetap bersama, apapun yang terjadi. Inilah yang akhirnya saya dapati, bahwa kebahagiaan itu menular.
Jika kedua orang tua saling mencintai, jika kedua orang tua saling menyayangi dan memberikan rasa aman serta curahan kebahagiaan itu untuk keluarga, maka suasana positif akan tercipta mengelilingi mereka.
Jika kamu menjadi orang tua, tapi pondasi hubunganmu, cintamu, kasih sayangmu tidak kokoh, kamu hanya akan membuat keluargamu sedih dan berantakan.
Dan jika nasi sudah menjadi bubur, saran saya, jangan sekalipun membuat anggota keluargamu saling membenci. Karena rantai kebencian itu tidak akan putus dan selalu diingat. Memberi trauma tersendiri bagi yang kamu manipulasi. Seperti banyak orang dewasa yang bilang, "biarlah mereka mengetahui semuanya sendiri..."
Saya sendiri berpikir, jika tiba saatnya menjadi orang tua, saya mau ikut berbagai konseling dan pelatihan dari ahlinya.
Saya naif. Saya takut jadi orang tua yang buruk dan tidak bisa menjaga emosi. Saya takut menyakiti anak saya.
Saya naif. Saya takut jadi orang tua yang buruk dan tidak bisa menjaga emosi. Saya takut menyakiti anak saya.
Seperti pepatah barat sana yang berbunyi, "all parents thinks they're horrible parents, except HORRIBLE PARENTS."
Komentar
Posting Komentar