Direnggut dan terpisahkan
Gue adalah orang yang tidak setuju jika ada yang menyamakan kehilangan karena kematian dan kehilangan karena dia memilih pergi.
Ketika berurusan dengan kematian, seseorang yang kita sayang direnggut oleh maut, karena keputusan Tuhan. Disitu kita menghadapi keadaan yang, mau lu nangis darah pun dia nggak akan kembali. Disini lu berhadapan dengan Tuhan, yang segala keputusan-Nya adalah mutlak dan hakiki. Siapa sih elu dibandingkan dengan Tuhan, penguasa seluruh alam semesta, yang punya setiap jiwa di dunia ini?
Ada perasaan berserah pada apapun yang terjadi. Lawan lu bukan manusia, jadi, pasrah karo sing gawe urip, ndok.
Sementara jika kehilangan orang yang masih hidup, dan dia pergi meninggalkan elu. Ada rasa pias dan ngenes karena ternyata elu bukan pilihannya. Segala daya upaya yang dilakukan sia- sia karena mahluk yang disebut manusia itu pergi begitu aja, tanpa mengindahkan segala sesuatu yang telah dilalui bersama.
Lagi- lagi, kalau belum pernah ngalamin sendiri keduanya, kamu yang baca ga akan paham.
Beda, mas.
Kematian kamu berurusan sama Tuhan, ga ada pilihan di sana. Mutlak keputusan-Nya. Pilihanmu cuma nrimo.
Sementara...
Ditinggalkan oleh keadaan berarti kamu pergi dengan pilihan.
Pilihanmu bukan aku.
Semudah itu. Ngenes ra?
Kalau belum pernah merasakan itu, yo mesti banyak- banyak berdoa. Jadi ketika saat itu tiba, lo kuat. Gue ngalamin keduanya, kematian papa, kematian orang- orang terdekat. Itu kaya, jiwa elu dicabik dan sebagian ikut mati bersama mereka. Disitu lo ga bisa apa- apa. Cuma nerima.
Kalo sama manusia, ya bisa rasakanlah ya kejamnya manusia yang nggak tahu seberapa skalanya.
Komentar
Posting Komentar