Kapan nikah?
Tahun ini gue akan berumur 25 tahun. Masa sakral di mana semua orang seakan usil nanya- nanya, kapan nikah?
Iya, gue udah sering banget ditanyain hal itu, dari gue jawab selow sampe gue agak kzl. Banyak yang nanya karena kepo.
Alasannya bermacam- macam...
"lo kan udah tua"
"apa lagi sih yang di cari?"
"Keburu tua, lho..."
"Ga cocok? mau dicariin?"
Mereka bertanya seakan pertanyaan itu nggak membebani dan menyinggung.
Here's the truth,
Sebagai anak kecil, dulu gue juga bertanya hal serupa ke orangnya langsung. Sampai gue menua dan sadar, bahwa pertanyaan itu nggak sopan.
Sampai sekarang, gue nggak akan nanya pertanyaan itu selain ke teman super deket.
Gue juga nggak akan dengan impulsif nyuruh mereka buru- buru, karena gue percaya nikah itu seumur hidup sekali.
Saya monogami, pak, buk..
Saya ga percaya poligami, mon maap.
Untuk mencapai monogami, (dan mari kita asumsikan semua orang demikian), kita memerlukan:
1. keyakinan
2. kesamaan visi& misi
3. penerimaan
4. komitmen
5. kerja sama, dan lain- lain...
baru yang paling akhir, adalah CINTA.
Bagi yang nggak kenal gue secara dekat, bokap gue meninggal tahun lalu, secara otomatis gue jadi kepala keluarga, gue juga menjadi sumber penghidupan mama dan adik- adik gue. Dengan demikian, secara jujur gue sampaikan, gue nggak punya saving banyak buat melangsungkan pernikahan ataupun membangun hidup baru.
Lalu, gue punya cita- cita, keluar negeri, melihat dunia. Bersenang- senang, mendapat keahlian baru, menjalani hidup dengan kompas yang gue arahkan sendiri on the endless search of the meaning of love and life sebelum mendapatkan jawaban lalu mengabdikan hidup untuk keluarga, yang gue yakin akan berasa banget suka-dukanya.
And last, gue pengen Dimas mencapai sesuatu dalam hidupnya. Menjadi seseorang, mendapatkan sesuatu dari hidup yang mirip Tornado Dufan ini sebelum akhirnya dia mengabdikan diri untuk jadi kepala keluarga . It takes some time, and let it be.
Menurut gue lagi, menikah adalah satu fase hidup bukan suatu goal yang harus gue lakukan sekarang juga. Iya, gue mau nikah, beda jawabannya sejak gue kuliah, yang bilang, "i'm okay if i ended up as a single person".
Buat yang udah kenal gue lama, ini merupakan sebuah kemajuan, haha..
Banyak temen gue yang mau apresiasi Dimas karena bisa ngubah gue jadi begini, hihihi
Tapi, harus gue akui di era teknologi yang super pamer ini...
i envy sometimes
i asked
i'm questioning
i won't deny any of those things
i'm only human, afterall..
Keinginan nikah mungkin bisa gue redam, tapi keinginan punya anak, itu lain soal. Gue mau punya anak, pengen banget.
Paling sedih, sih kalo yang nanya orang tua, kalian kan udah tahu sulitnya hidup saat ini. Kalian juga udah menyaksikan peradaban yang bergeser begitu cepatnya, lebih dari jaman kalian...
Kok ya begini perlakuannya?
Lucunya (atau untungnya) orang tua kandung gue, alias mama, dan ibu yang ngasuh gue dari kecil nggak pernah maksa gue buru- buru. Take your time and be happy, they said.
Yang heboh justru keluarga jauh, baru juga ketemu sekali.
Atau orang tua yang baru juga tahu umur gue,
baru kenalan kadang...
So, in the end of this post, gue cuma mau ngajakin elu dan siapapun yang masih usil bin kepo nanya kapan nikah?
let's be respectful. Mari saling menghormati.
Kamu nggak pernah tahu apa yang terjadi dalam hidupnya
kamu nggak tahu apa yang sedang dia hadapi saat ini
The struggle, trauma, rasa sakit, ketakutan, kegagalan, semua rasa yang ditutupi semua orang dari wajahnya.
Siapa sih yang tahu, semburat pedih, sakit hati yang lagi diobati, envy, marah yang susah payah ditutupinya, mungkin akan terbuka, terkoyak saat pertanyaan usil dan nggak sopan itu keluar dari mulutmu.
Jadi, iya, umur gue 25 tahun ini. Iya, sebagian orang menganggap gue tua.
That's okay and that's right!
Boleh ya, saya bahagia tanpa pertanyaan kepo dan usil kalian. Toh kalau saya nikah, situ nggak mau bayarin kateringnya, kan? :D
Iya, gue udah sering banget ditanyain hal itu, dari gue jawab selow sampe gue agak kzl. Banyak yang nanya karena kepo.
Alasannya bermacam- macam...
"lo kan udah tua"
"apa lagi sih yang di cari?"
"Keburu tua, lho..."
"Ga cocok? mau dicariin?"
Mereka bertanya seakan pertanyaan itu nggak membebani dan menyinggung.
Here's the truth,
Sebagai anak kecil, dulu gue juga bertanya hal serupa ke orangnya langsung. Sampai gue menua dan sadar, bahwa pertanyaan itu nggak sopan.
Sampai sekarang, gue nggak akan nanya pertanyaan itu selain ke teman super deket.
Gue juga nggak akan dengan impulsif nyuruh mereka buru- buru, karena gue percaya nikah itu seumur hidup sekali.
Saya monogami, pak, buk..
Saya ga percaya poligami, mon maap.
Untuk mencapai monogami, (dan mari kita asumsikan semua orang demikian), kita memerlukan:
1. keyakinan
2. kesamaan visi& misi
3. penerimaan
4. komitmen
5. kerja sama, dan lain- lain...
baru yang paling akhir, adalah CINTA.
Bagi yang nggak kenal gue secara dekat, bokap gue meninggal tahun lalu, secara otomatis gue jadi kepala keluarga, gue juga menjadi sumber penghidupan mama dan adik- adik gue. Dengan demikian, secara jujur gue sampaikan, gue nggak punya saving banyak buat melangsungkan pernikahan ataupun membangun hidup baru.
Lalu, gue punya cita- cita, keluar negeri, melihat dunia. Bersenang- senang, mendapat keahlian baru, menjalani hidup dengan kompas yang gue arahkan sendiri on the endless search of the meaning of love and life sebelum mendapatkan jawaban lalu mengabdikan hidup untuk keluarga, yang gue yakin akan berasa banget suka-dukanya.
And last, gue pengen Dimas mencapai sesuatu dalam hidupnya. Menjadi seseorang, mendapatkan sesuatu dari hidup yang mirip Tornado Dufan ini sebelum akhirnya dia mengabdikan diri untuk jadi kepala keluarga . It takes some time, and let it be.
Menurut gue lagi, menikah adalah satu fase hidup bukan suatu goal yang harus gue lakukan sekarang juga. Iya, gue mau nikah, beda jawabannya sejak gue kuliah, yang bilang, "i'm okay if i ended up as a single person".
Buat yang udah kenal gue lama, ini merupakan sebuah kemajuan, haha..
Banyak temen gue yang mau apresiasi Dimas karena bisa ngubah gue jadi begini, hihihi
Tapi, harus gue akui di era teknologi yang super pamer ini...
i envy sometimes
i asked
i'm questioning
i won't deny any of those things
i'm only human, afterall..
Keinginan nikah mungkin bisa gue redam, tapi keinginan punya anak, itu lain soal. Gue mau punya anak, pengen banget.
Paling sedih, sih kalo yang nanya orang tua, kalian kan udah tahu sulitnya hidup saat ini. Kalian juga udah menyaksikan peradaban yang bergeser begitu cepatnya, lebih dari jaman kalian...
Kok ya begini perlakuannya?
Lucunya (atau untungnya) orang tua kandung gue, alias mama, dan ibu yang ngasuh gue dari kecil nggak pernah maksa gue buru- buru. Take your time and be happy, they said.
Yang heboh justru keluarga jauh, baru juga ketemu sekali.
Atau orang tua yang baru juga tahu umur gue,
baru kenalan kadang...
So, in the end of this post, gue cuma mau ngajakin elu dan siapapun yang masih usil bin kepo nanya kapan nikah?
let's be respectful. Mari saling menghormati.
Kamu nggak pernah tahu apa yang terjadi dalam hidupnya
kamu nggak tahu apa yang sedang dia hadapi saat ini
The struggle, trauma, rasa sakit, ketakutan, kegagalan, semua rasa yang ditutupi semua orang dari wajahnya.
Siapa sih yang tahu, semburat pedih, sakit hati yang lagi diobati, envy, marah yang susah payah ditutupinya, mungkin akan terbuka, terkoyak saat pertanyaan usil dan nggak sopan itu keluar dari mulutmu.
Jadi, iya, umur gue 25 tahun ini. Iya, sebagian orang menganggap gue tua.
That's okay and that's right!
Boleh ya, saya bahagia tanpa pertanyaan kepo dan usil kalian. Toh kalau saya nikah, situ nggak mau bayarin kateringnya, kan? :D
Hwa mba cip. Setuju banget nih. Fase ini juga yang lagi gw masukin.
BalasHapusKlo ada yg nanya, ko masih pacaran? Emang gmw nikah?
Gilak apa y tu orang, ya nikah mah emang ada yg gak mau? Cuma kan ga sesederhana itu.
Nikah menurut gw itu One Way Ticket, jadi destinasi dan partner jalannya harus ditetapkan dengan bijak.
Aaa... Yuka
BalasHapusEmang banyak orang- orang kasar yang nanya ga sopan. Mungkin pertanyaan "kapan nikah?" Masih bisa di handle. Begitu udah masuk pertanyaan lain yang cenderung menekan dan ngeburu- buru itu bikin kesel.
This is my life, mind your business! Huhhhh
langsung sodorin pricelist wedding package aja put, smbil nanya "jadi, kamu mau nyumbang buat yg paket berapa?"
BalasHapusIya banget.
BalasHapusSama paket make up-nya bro hahaha